Senin, 02 November 2009

Pengertian Aluminium

ALUMINIUM

1.1. PENGERTIAN

Aluminium (dalam bentuk bauksit) adalah suatu mineral yang berasal dari magma asam yang mengalami proses pelapukan dan pengendapan secara residual. Proses pengendapan residual sendiri merupakan suatu proses pengkonsentrasian mineral bahan galian di tempat.

Aluminium merupakan suatu metal reaktif, dan tidak terjadi secara alami. Oleh karena itu, aluminium tak dikenal sebagai unsur terpisah sampai tahun 1820-an, walaupun keberadaan nya telah diramalkan oleh beberapa ilmuwan yang telah belajar aluminum campuran. Aluminium pertama kali diproduksi dengan bebas oleh ahli kimia dan ahli ilmu fisika yang berasal dari Denmark, Hans Oersted Kristen, dan ahli kimia Jerman, Frederich Wohler, pada pertengahan tahun1820-an. Nama aluminum diperoleh dari bahasa latin: alumen, yang berarti tawas tawas ( suatu aluminium sulfate mineral).

Ciri-ciri aluminium:
• Aluminium merupakan logam yang berwarna perak-putih
• Aluminum dapat dibentuk sesuai dengan keinginan karena memiliki sifat plastisitas yang cukup tinggi
• Merupakan unsur metalik yang paling berlimpah dalam kerak bumi setelah setelah silisium dan oksigen.

Aluminum merupakan unsur metal yang paling berlimpah-limpah di dalam kerak bumi. Aluminum digunakan Amerika Serikat di dalam transportasi, dan membangun. Guinea Dan Australia Austria mempunyai sekitar satu setengah cadangan dunia. Negara-negara lain dengan cadangan utama meliputi Brazil, Jamaica, dan India.















Gambar, Aluminium

Klasifikasi Aluminium
Warna : Putih
Kepadatan : 2.7
Diaphaniety : Buram
Kekerasan : 1.5- Antara Talk Dan Gipsum
Kilau : Metalik- tumpul
Rumusan Kimia : Al
Komposisi : Bobot Molekular = 26.98 gm
Rumusan Empiris : Al
Lingkungan pembentukan : fase minor pada lingkungan yang kandungan oksigennya rendah.
IMA Status : Ima yang disetujui 1978
Tempat : Tolbachik Gunung api, Kamchatka, Rusia.
Asal Nama : Dari Latin, alumen = " tawas."
Sinonim : Aluminium



1.2. GENESA ALUMINIUM
Bijih aluminum yang utama adalah bauksit, kandungannya di atas 99% merupakan aluminium metalik. Bauksit adalah nama untuk suatu campuran dari mineral serupa yang berisi aluminium oksida hydrated. Mineral ini adalah gibbsite
( Al(OH)3), diaspore ( AlO(OH)), dan boehmite ( AlO(OH)).









Gambar, Bauksit
Aluminium dapat diperoleh dari bauksit (Al2O3.2H2O) dengan cara melakukan pemisahan mineral. Bauksit sendiri sebetulnya bukan mineral, tetapi merupakan suatu campuran coloidal oksida-oksida Al dan Fe yang mengandung air.

Bauksit terbentuk sebagai endapan residual di dekat permukaan atau di permukaan tanah pada daerah beriklim tropik dan subtropik. Karena kegiatan proses pelapukan kimia unsur-unsur kalium, natrium, kalsium, magnesium dan sedikit besi akan tercuci sedang yang tertinggal adalah besi, titanium dan alumina. Faktor kondisi yang diperlukan bagi terbentuknya endapan bauksit antara lain adalah
 Iklim yang sesuai, yaitu tropik atau subtropik dan lembab,
 Batuan yang relatif kaya akan alumina,
 Cukup tersedia pereaksi yang mampu melarutkan silika,
 Keadaan permukaan yang bersifat meluluskan air hujan secara perlahan-lahan,
 Cukup sarana pengangkutan larutan hasil pelapukan yang tidak dikehendaki,
 waktu,
 dan keadaan medan yang landai.












Gambar, Bauksit

1.3. CADANGAN
Australia mempunyai cadangan bauksit sangat besar, dan menghasilkan di atas 40% bijih dunia. Brazil, Guinea, dan Jamaica juga merupakan produsen penting, dengan produksi lebih sedikit dari sekitar 20 lain negara-negara. Amerika Serikat’ Produksi, Yang produksinya memegang peranan penting selama 100 tahun yang lalu, kini sudah jauh menurun.

Produsen aluminum yang paling besar yang metal adalah Rusia, Negeri China, Amerika Serikat, dan Canada. Lebih dari 40 lain negara-negara juga menghasilkan aluminum, mencakup Norwegia, Islandia, Switzerland, Tajikistan, dan Selandia Baru, yang adalah kecil tetapi bergunung-gunung, dan mempunyai banyak sungai untuk menyediakan sumber listrik tenaga air.

Sumber alternatif aluminium untuk masa yang akan datang antara lain meliputi kaolin clay, oil shales, mineral anorthosite, dan bahkan barang sisa batubara. Bagaimanapun, sepanjang cadangan bauksit tinggal berlimpahan dan biaya produksi adalah rendah, teknologi untuk memproses sumber alternatif ini ke dalam oksid aluminium atau aluminum metalik cenderung untuk tidak diteruskan dan dipertahankan di luar langkah-langkah yang bersifat eksperimental.

1.4. PENGGUNAAN/APLIKASI
Aluminium banyak dipergunakan karena menpunyai sifat-sifat ringan, kuat, penghantar panas dan listrik yang baik, tahan korosi, tidak beracun, non magnetik, lemas, dan mudah dibentuk.

Aluminium banyak dipergunakan dalam bangunan seperti untuk dinding atap, dan lain-lain. Dalam transportasi, aluminium banyak dipakai pada pembuatan kapal terbang. Aluminium juga banyak digunakan untuk alat-alat elektronik, dalam industri kaleng dan alat-alat pembungkus lainnya, dalan industri mesin-mesin dan alat-alat untuk industri kimia dan logam.

GENESA BATUGAMPING

GENESA BATUGAMPING

Batu gamping adalah merupakan salah satu mineral industri yang banyak digunakan oleh sector industri ataupun konstruksi dan pertanian, antara lain untuk bahan bangunan, batu bangunan, bahan penstabil jalan raya, pengapuran untuk pertanian, bahan keramik, industri kaca, industri semen, pembuatan karbit, untuk peleburan dan pemurnian baja, untuk bahan pemutih dalam industri kertas pulp dan karet, untk proses pengendapan bijih logam dan industri gula.
Batugamping dapat terjadi dengan beberapa cara, yaitu secara organic, secara mekanik, atau secara kimia. Sebagian besar batugamping di alam terjadi secara organic. Jenis ini berasal dari pengendapan cangkan atau rumah kerang dan siput. Foraminifera atau ganggang. Atau berasal dari kerangka binatang koral/kerang.
Untuk batugamping yang terjadi secara mekanik, sebetulnya bahannya tidak jauh berbeda dengan jenis batugamping yang terjadi secara organic. Yang membedakannya adalah terjadinya perombakan dari bahan batu kapur tersebut yang kemudian terbawa oleh arus dan biasanya diendapkan tidak jauh dari tempat semula. Sedangkan yang terjadi secara kimia adalah jenis batugamping yang terjadi dalam kondisi iklim dan suasana lingkungan tertentu dalam air laut ataupun air tawar.
Selain hal diatas, mata air mineral dapat pula mengendapkan batugamping. Jenis batugamping ini terjadi karena peredaran air panas alam yang melarutkan lapisan batugamping dibawah permukaan, yang kemudian diendapkan kembali dipermukaan bumi.
Magnesium, lempung dan pasir merupakan unsure pengotor yang mengendap bersama-sama pada saat proses pengendapan. Keberadaan pengotor batugamping memberikan klasifikasi jenis batugamping. Apabila pengotornya magnesium, maka batugamping tersebut diklasifikasikan sebagai batu gamping dolomitan.
Begitu juga apabila pengotornya lempung, maka batu kapur tersebut diklasifikasikan sebagai batugamping lempungan, dan batugamping pasiran apabila pengotornya pasir. Persentase unsure-unsur pengotor sangat berpengaruh terhadap warna batu kapur tersebut, yaitu mulai dari warna putih susu, abu-abu muda, abu-abu tua, coklat, bahkan hitam. Warna kemerah-merahan misalnya, biasanya disebabkan oleh adanya unsure mangan, sedangkan kehitam-hitaman disebabkan oleh adanya unsure organic.
Batugamping dapat bersifat keras dan padat, tetapi dapat pula kebalikannya. Selain yang pejal dijumpai pula yang porous.
Batugamping yang mengalami metamorfosa akan berubah penampakannya maupun sifat-sifatnya. Hal ini terjadi karena pengaruh tekanan maupun panas, sehingga batugamping tersebut menjadi berhablur, seperti yang dijumpai pada marmer. Selain itu, air tanah juga sangat berpengaruh terhadap penghabluran kembali pada permukaan batugamping, sehingga terbentuk hablur kalsit.
Dibeberapa daerah endapan batu batugamping seringkali ditemukan di gua dan sungai bawah tanah. Hal ini terjadi sebagai akibat reaksi tanah. Air hujan yang mengandung CO3 dari udara maupun dari hasil pembusukan zat-zat organic dipermukaan, setelah meresap ke dalam tanah dapat melarutkan batugamping yang dilaluinya. Reaksi kimia dari proses tersebut adalah sebagai berikut :

CaCO3 + 2 CO2 + H2O Ca (HCO3)2 + CO2
Ca (HCO3)2 larut dalam air, sehingga lambat laun terjadi rongga di dalam tubuh batugamping tersebut. Secara geologi, batugamping erat sekali hubungannya dengan dolomite. Karena pengaruh pelindian atau peresapan unsure magnesium dari air laut ke dalam batugamping, maka batugamping tersebut dapat berubah menjadi dolomitan atau jadi dolomite. Kadar dolomite atau MgO dalam batugamping yang berbeda akan memberikan klasifikasi yang berlainan pula pada jenis batugamping tersebut.






Gambar batugamping

Jumat, 16 Oktober 2009

Contoh Proposal Tugas Akhir T.Pertambangan

Setelah pulang dari Tanjung enim Sumatera selatan, saya duduk di lobi kampus, dan beberapa teman-teman dan adik-adik junior di Pertambangan menyapa kabar, pengalaman, dan ada juga beberapa teman yang ingin Tugas akhir disana. Setelah beberapa saat ada adik-adik yang bertanya bagaimana membuat proposal Tugas Akhir dan dengan dasar inilah saya ingin mempublishkan proposal Tugas Akhir ini. Semoga bermanfaat

ANALISA STRIPPING RATIO DALAM MENENTUKAN SUATU
METODE PENAMBANGAN BATUBARA PADA
PT.INTI BARA NUSALIMA PEKANBARU




PROPOSAL TUGAS AKHIR





Oleh
RIKI RONALDO VIKTOR TAMBARIKI
NIM 04306024




LOGO



JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL
INSTITUT TEKNOLOGI MEDAN
2009














A. JUDUL
ANALISA STRIPPING RATIO DALAM MENENTUKAN SUATU
METODE PENAMBANGAN BATUBARA DI AREA PENAMBANGAN
PT.INTI BARA NUSALIMA JAMBI

B. LATAR BELAKANG

Endapan bahan galian umumnya tersebar secara tidak merata didalam kulit bumi baik jenis, jumlah maupun kadarnya. Dalam mengusahakan industri pertambangan selalu berhadapan dengan sesuatu yang serba terbatas baik lokasi, jenis, jumlah maupun mutu materialnya. Keterbatasan ini ditambah lagi usaha meningkatkan keselamatan kerja serta menjaga kelestarian lingkungan hidup. Jadi didalam mengelola sumberdaya mineral diperlukan tahapan usaha pertambangan dan penerapan metode penambangan yang sesuai dan tepat, baik ditinjau dari segi ekonomis maupun teknis, agar perolehan keuntungan dapat optimal.

Dalam memulai penambangan dan pengembangan perencanaan kegiatan penambangan batubara, nisbah kupas pulang pokok (break even stripping ratio) merupakan salah satu aspek penentu pemilihan metode penambangan yang akan digunakan. Batas ekonomi penambangan secara terbuka adalah batasan yang ditentukan oleh nisbah kupas ekonomi (economic stripping ratio/SREC). Dari nilai SREC ini dapat diketahui berapa nilai SR yang menjadi batasan cadangan tertinggi yang dapat ditambang dengan metode tambang terbuka dan menguntungkan, hal ini sangat dipengaruhi oleh harga jual batubara, dimana suatu cadangan batubara dapat bernilai ekonomis dan sebaliknya pada waktu yang berbeda, hal ini dipengaruhi oleh harga jual batubara dipasaran.

C. MAKSUD DAN TUJUAN PENELITIAN

Maksud dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Menghitung cadangan batubara dengan metode block system berdasarkan log bor dengan bantuan software Surfer 8.
2. Menganalisa kondisi stripping ratio pada masing-masing blok cadangan dan keseluruhan untuk mengetahui batasan ekonomi penambangan secara terbuka berdasarkan economic stripping ratio sehingga dapat diketahui batasan berakhirnya tambang terbuka dan kapan akan dimulai tambang bawah tanah.
Tujuan dari penelitian ini adalah menentukan metode penambangan yang akan diterapkan berdasarkan break even stripping ratio yang disesuaikan dengan harga batubara dan biaya produksi perusahaan.

D. RUANG LINGKUP KEGIATAN

Karakteristik industri pertambangan yang padat modal dan padat teknologi adalah hal yang sangat penting diperhitungkan. Untuk menentukan metode penambangan yang akan diterapkan terhadap suatu daerah yang memiliki cadangan batubara yang ekonomis dipengaruhi oleh kondisi dan karekteristik endapan batubara tersebut serta besarnya modal yang tersedia dan kesiapan teknologi yang ada. Pada waktu berbeda dengan kondisi ekonomi yang berbeda, maka suatu cadangan bisa berubah dari cadangan yang ekonomis menjadi tidak ekonomis dan sebaliknya. Hal ini dipengaruhi oleh harga jual dari produk yang dihasilkan dan biaya dikeluarkan untuk menghasilkan produk tersebut.

Permasalahan yang timbul akibat dari perubahan kondisi ekonomi yang berlaku mempengaruhi nilai dari cadangan batubara yang ada. Besarnya keuntungan yang diharapkan adalah tujuan dari pengusahaan industri pertambangan, dan hal ini dipengaruhi oleh metode penambangan yang akan diterapkan. Kesesuaian metode penambangan yang akan diterapkan terhadap suatu cadangan ditentukan oleh nisbah kupas pulang pokok (break even stripping ratio) dan nilai ini menjadi batasan berakhirnya tambang terbuka dan kapan dimulai tambang bawah tanah.

E. METODE PENELITIAN

Secara umum penelitian ini dilaksanakan dengan memakai 2 metoda yakni metode primer dan metode sekunder. Metode primer dilakukan dengan mengadakan observasi langsung ke daerah penelitian dan hasil observasi menjadi data utama dalam penelitian ini, antara lain :
1. Mengumpulkan data-data dari hasil pemboran eksplorasi.
2. Mengumpulkan data-data biaya pengupasan overburden dan penambangan batubara, serta harga jual batubara.
Metode sekunder yang diterapkan dalam penelitian ini mencakup studi literatur dari berbagai sumber yang kemudian dikembangkan untuk mendukung kajian dari penelitian ini serta hasil olahan data utama yang dijadikan data sekunder seperti pembuatan peta isopach, isooverburden dan isostruktur.
Dari uraian diatas, maka dapat dibuat diagram alir metode penelitian sebagai berikut:
























Gambar 1.1. Diagram Alir Penelitian
F. DASAR TEORI
1. Endapan Batubara (coal deposit)

Batubara yang merupakan kelanjutan proses dari pembentukan gambut adalah batuan sedimen yang dapat terbakar, terbentuk dari tumpukan hancuran tumbuhan yang terhumifikasi dalam kondisi tertutup udara atau dibawah permukaan air dan menjadi padat setelah tertimbun oleh lapisan diatasnya serta mengakibatkan pengkayaan kandungan karbon dimana selama pengendapan mengalami proses fisika dan kimia. Batubara tersebut mengandung material karbon lebih dari 70% volume dengan kandungan air lebih dari 35%.

Urutan proses pembentukan batubara secara ringkas dapat diuraikan sebagai berikut:
- Gambut, merupakan fase awal dari proses pembentukan batubara dan masih memperlihatkan sifat asal dan bahan dasarnya (tanaman asal).
- Lignit, sudah memperlihatkan struktur kekar dan gejala perlapisan. Endapan ini dapat dipergunakan untuk pembakaran dengan temperatur rendah.
- Bituminous, dicirikan dengan sifat padat dan hitam. Batubara jenis ini dapat dipergunakan untuk bahan bakar dengan temperatur sedang-tinggi.
- Antrasit, warna hitam, keras, kilap tinggi. Pada proses pembakaran memperlihatkan warna biru dan dapat dipergunakan untuk berbagai macam industri besar yang memerlukan temperatur tinggi.

2. KLASIFIKASI SUMBERDAYA DAN CADANGAN BATUBARA
2.1. Sumberdaya Batubara (Coal Resources)
Sumber daya batubara (Coal Resources) adalah bagian dari endapan batubara yang diharapkan dapat dimanfaatkan. Sumber daya batubara ini dibagi dalam kelas-kelas sumberdaya berdasarkan tingkat keyakinan geologi yang ditentukan secara kualitatif oleh kondisi geologi/tingkat kompleksitas dan secara kuantitatif oleh jarak titik informasi. Sumberdaya ini dapat meningkat menjadi cadangan apabila setelah dilakukan kajian kelayakan dinyatakan layak.

Sumberdaya batubara dapat diklasifikasikan dalam beberapa bagian antara lain :
• Sumber Daya Batubara Hipotetik (Hypothetical Coal Resource)
Sumber daya batu bara hipotetik adalah batu bara di daerah penyelidikan atau bagian dari daerah penyelidikan, yang dihitung berdasarkan data yang memenuhi syarat-syarat yang ditetapkan untuk tahap penyelidikan survei tinjau.
• Sumber Daya Batubara Tereka (inferred Coal Resource)
Sumber daya batu bara tereka adalah jumlah batu bara di daerah penyelidikan atau bagian dari daerah penyelidikan, yang dihitung berdasarkan data yang memenuhi syarat-syarat yang ditetapkan untuk tahap penyelidikan prospeksi.
• Sumber Daya Batubara Tertunjuk (Indicated Coal Resource)
Sumber daya batu bara tertunjuk adalah jumlah batu bara di daerah penyelidikan atau bagian dari daerah penyelidikan, yang dihitung berdasarkan data yang memenuhi syarat-syarat yang ditetapkan untuk tahap eksplorasi pendahuluan.
• Sumber Daya Batubara Terukur (Measured Coal Resourced)
Sumber daya batu bara terukur adalah jumlah batu bara di daerah peyelidikan atau bagian dari daerah penyelidikan, yang dihitung berdasarkan data yang memenuhi syarat–syarat yang ditetapkan untuk tahap eksplorasi rinci.
2.2. Cadangan Batubara (Coal Reserves)
{Cadangan batubara (Coal Reserves) adalah bagian dari sumber daya batubara yang telah diketahui dimensi, sebaran kuantitas, dan kualitasnya, yang pada saat pengkajian kelayakan dinyatakan layak untuk ditambang.
• Cadangan Batubara Terkira (Probable Coal Reserve)
Cadangan batu bara terkira adalah merupakan sumberdaya batubara terindikasi dan sebagian sumberdaya batubara terukur, tetapi berdasarkan kajian kelayakan semua faktor yang terkait telah terpenuhi sehingga penambangan dapat dilakukan secara layak.
• Cadangan batubara terbukti (Proved Coal Reserve)
Cadangan batu bara terbukti adalah sumberdaya batubara terukur yang berdasarkan kelayakan semua faktor yang terkait telah terpenuhi sehingga penambangan dapat dilakukan secara layak
3. PERMODELAN ENDAPAN BATUBARA
Untuk membuat permodelan endapan batubara diperlukan peta topografi, peta geologi, peta garis singkapan batubara, peta parit uji, suur uji, dan pengeboran sebagai data dasarnya, serta data olahan dari data dasar seperti peta isopach, peta isostruktur dan peta isostruktur.
3.1. Data Dasar Permodelan Endapan Batubara
Adapun data dasar dari permodelan endapan batubara yang diperlukan untuk dianalisis selanjutnya antara lain peta topografi, peta geologi, peta parit uji, sumur uji dan pengeboran.
Pada peta topografi, skala peta topografi harus memenuhi syarat yaitu minimal 1:2000 untuk tujuan studi kelayakan. Apabila peta masih dalam bentuk hardcopy maka harus dibuat softcopy dengan mendigitasi peta tersebut dengan perangkat digitizer. Apabila peta masih dalam bentuk data mentah hasil survei (format x,y,z) maka harus dilakukan proses gridding dan contouring dengan paket program perangkat lunak.
Peta geologi berguna untuk mengetahui penyebaran batubara melalui garis singkapan dan kemiringannya sehingga dapat membantu dalam penentuan lokasi pengeboran maupun mengetahui blok-blok yang akan ditambang.
Pada peta parit uji, sumur uji dan pengeboran, data yang perlu ditampilkan adalah koordinat, elevasi, sudut kemiringan pengeboran (untuk pengeboran miring), total kedalaman, ketebalan litologi dan keterangan litologi. Untuk parit uji dan sumur uji perlu ditampilkan juga kedudukan perlapisan litologi (strike dan dip).
Tabel rekapitulasi dibuat secara sistematis, dibuat secara terpisah setiap seam apabila terdapat lebih dari satu seam. Elevasi harus dinyatakan terhadap titik ikat yang sama dengan titik ikat peta topografi dan data-data lainnya. Data dasar ini kemudian diplot dalam satu peta digital yang memuat informasi topografi, informasi geologi, sebaran singkapan, sebaran parit uji, sumur uji dan bor.
3.2. Data Olahan Permodelan Endapan Batubara
Dari data dasar permodelan endapan batubara, maka setelah diolah lebih lanjut dengan metode yang sesuai, maka hasil pengolahan data tersebut antara lain diperoleh peta isopach, peta isostruktur, dan peta isooverburden.
Peta isopach (kontur ketebalan) merupakan peta yang menunjukkan kontur penyebaran ketebalan batubara. Perbedaan ketebalan batubara ini disebabkan perbedaan cara keterbentukan dan kondisi keterbentukan batubara tersebut. Data ketebalan pada peta ini merupakan tebal sebenarnya yang dapat diperoleh dari data bor, uji paritan , uji sumuran atau dari singkapan. Peta ini juga dapat disusun dari kombinasi peta isostruktur. Tujuan dari penyusunan peta ini adalah untuk menggambarkan variasi ketebalan batubara dibawah permukaan.
Peta Isostruktur (kontur struktur) menunjukkan kontur elevasi yang sama dari top atau bottom batubara. Elevasi top dan bottom batubara dapat diperoleh dari data bor. Peta isostruktur berguna untuk mengetahui arah umum (jurus) masing-masing seam batubara, sekaligus sebagai dasar untuk menyusun peta isooverburden.
Peta isooverburden menunjukkan kontur ketebalan lapisan tanah penutup (overburden) yang sama. Ketebalan tersebut dapat diperoleh dari data bor atau dari peta isostruktur dimana ketebalan overburden dapat dihitung dari perpotongan kontur isostruktur dengan kontur topografi. Cukup penting sebagai dasar evaluasi cadangan selanjutnya, dimana ketebalan tanah penutup ini dapat digunakan sebagai batasan awal dari penentuan pit potensial. Perbandingan antara volume overburden dan batubara yang diimplementasikan dalam bentuk stripping ratio pada daerah cadangan, dapat dijadikan salah satu dasar penentuan batasan penambangan.
4. TAHAPAN PERHITUNGAN NISBAH PENGUPASAN
4.1. Perhitungan Volume
Perhitungan volume merupakan tahap awal yang harus dilakukan dalam penentuan stripping ratio, penampang litologi pemboran menunjukkan formasi litologi yang ditembus dan ketebalan masing-masing formasi litologi. Dari informasi tersebut, dilakukan identifikasi ketebalan tanah penutup dan batubara. Untuk batubara dengan sistem perlapisan multiseam, dilakukan penjumlahan total ketebalan untuk seluruh seam. Prosedur ini berlaku untuk seluruh lubang bor. Perbedaan ketebalan dari tanah penutup dan batubara berpengaruh terhadap elevasi batas atas dan batas bawah keduanya. Dalam kasus ini batasan antara overburden dan batubara diasumsikan jelas.

Perhitungan luas daerah tergantung dari metode perhitungan cadangan yang digunakan. Setelah luas daerah diketahui, lalu dilakukan kalkulasi antara ketebalan rata-rata batubara maupun tanah penutup pada daerah tersebut dengan luasan daerah, dan diperoleh volume tanah penutup dan batubara pada daerah tersebut. Perhitungan volume dinyatakan dengan persamaan berikut:
Volume = AT x A
Dimana :
AT = Avarage Thickness (ketebalan rata-rata), m
A = Area (luas daerah), m2

4.2. Perhitungan Tonase
Pada industri pertambangan, penjualan bahan galian dan kapasitas produksi dilakukan atas dasar berat dari bahan galian tersebut. Hal ini berlawanan dengan industri perancangan sipil dimana pembayaran dilakukan atas dasar volume material yang dipindahkan. Konversi dari volume ke berat harus dilakukan dalam kaitannya dengan kegiatan pemuatan, pengangkutan maupun untuk kegiatan pengolahan.
Dalam perhitungan cadangan, tanah penutup yang akan dikupas maupun batubara yang akan ditambang dihitung dalam satuan berat (tonase). Konversi satuan volume ke satuan berat dilakukan dengan bantuan suatu faktor yaitu density. Besar nilai density untuk setiap material berbeda-beda. Umumnya satuan yang digunakan untuk density antara lain gram/cm3, pound/feet3 dan ton/meter3.
Nilai density untuk tanah penutup (humus dan lempung) sebesar 2300 lb/yd3 atau setara dengan 1,36 ton/m3 dan density batubara sebesar 1,3 ton/m3. Berat (tonase) tanah penutup yang akan dikupas maupun batubara yang akan ditambang diperoleh dengan mengalikan volume keduanya dengan density masing-masing. Perhitungan tonase dinyatakan pada persamaan berikut :
Tonase = V x D
Dimana :
T = Tonase (ton)
V = Volume (m3)
D = Density (ton/m3)

4.2. Nisbah Pengupasan (Stripping Ratio)
Stripping ratio (SR) menunjukkan perbandingan antara volume (tonase) tanah penutup yang harus dibongkar untuk mendapatkan satu ton batubara pada areal yang akan ditambang. Rumusan umum yang sering digunakan untuk menyatakan perbandingan ini dapat dilihat pada persamaan berikut :

Ada 3 (tiga) jenis nisbah pengupasan (stripping ratio), yaitu :
1. Nisbah Kupas Pulang Pokok (Break Even Stripping Ratio) : BESR
2. Nisbah Kupas Instanteneous (Instanteneous Stripping Ratio) : SRINST
3. Nisbah Kupas Ekonomik (Economic Stripping Ratio) : SREC

4.2.1. Nisbah Kupas Pulang Pokok (Break Even Stripping Ratio)

Break Even Stripping Ratio (BESR) adalah perbandingan antara biaya penggalian batubara dengan baya pengupasan tanah penutup (overburden) atau merupakan perbandingan biaya penambangan bawah tanah dengan penambangan terbuka. Break Even Stripping Ratio inidisebut juga overall stripping ratio, yang dapat dinyatakan sebagai berikut :
BESR = CMUG - CMSM
CSOB

Dimana :
CMUG : Cost Mining With Underground (Biaya Penambangan Bawah tanah), US$/ton.
CMSM : Cost Mining With Surface (Biaya Penambangan dengan Tambang terbuka), US$/ton.
CSOB : Cost Stripping Overburden (Biaya Pengupasan Tanah Penutup), US$/ton.

Untuk menganalisa kemungkinan metoda penambangan yang akan digunakan baik tambang terbuka maupun tambang bawah tanah, maka sangat penting mengetahui nilai BESR. Jika nila BESR lebih besar dari nilai SR maka metoda penambangan yang digunakan adalah tambang terbuka, apabila nilai BESR lebih kecil dari nilai SR maka metoda penambangan yang digunakan adalah tambang bawah tanah apabila hal tersebut masih memungkinkan untuk dilakukan dengan kondisi cadangan yang ada dan kondisi ekonomi yang berlaku.

4.2.2. Nisbah Kupas Instanteneous (Instanteneous Stripping Ratio)

Nisbah Kupas Instanteneous (SRINST) adalah nisbah kupas untuk pengembangan rencana penambangan yang nilainya lebih kecil dari nilai BESR setelah ditentukan bahwa akan digunakan metoda tambang terbuka, maka nisbah kupas ini dapat dinyatakan sebagai berikut :
SRINST = RevM – CMSM – CL – CP – CT – CH – CO
CSOB
Dimana:
RevM = Revenue Mining (Pendapatan atau harga jual dari 1 ton cadangan), US$/ton.
CL = Cost Loading (Biaya Pemuatan), US$/ton.
CP = Cost Prepare (Biaya Pengolahan), US$/ton.
CT = Cost Trading (Biaya Pengangkutan), US$/ton.
CH = Cost Harbour (Biaya Pelabuhan Untuk Pengapalan), US$/ton.
CO = Cost Office (Biaya Non Teknis/Administratif), US$/ton.
Dalam perhitungan stripping ratio ini, biaya produksi adalah total dari seluruh biaya untuk mendapatkan cadangan/ton, yaitu biaya penambangan, biaya pemuatan, biaya pengolahan, biaya pengangkutan, biaya pengapalan dan biaya non teknis. Namun biaya pengupasan tanah penutup tidak dihitung sebagai biaya produksi.

Untuk mengetahui laba yang diperoleh dari tambang terbuka (Profit Surface Mining = PSM, maka dapat dinyatakan sebagai berikut :
PSM = RevM – CSOB(SRINST) - CMSM – CL – CP – CT – CH – CO

4.2.3. Nisbah Kupas Ekonomi (Economic Stripping Ratio)
Economic Stripping Ratio (SREC) artinya berapa besar keuntungan yang dapat diperoleh bila cadangan tersebut ditambang dengan metode tambang terbuka. Dari nilai SREC ini dapat diketahui berapa nilai SR yang menjadi batasan cadangan tertinggi yang dapat ditambang dengan metode tambang terbuka dan menguntungkan. Pada dasarnya, jika terjadi kenaikan harga cadangan di pasaran, maka akan dapat mengakibatkan perluasan tambang sehingga cadangan akan bertambah, sebaliknya jika harga cadangan turun, maka jumlah cadangan akan berkurang. Nisbah kupas ini dapat dinyatakan sebagai berikut :
SREC = RevM – CMSM – CL – CP – CT – CH – CO - PSM
CSOB
Batas ekonomi tambang terbuka dicapai apabila PSM = 0 dimana SRINST = SREC. Apabila ada cadangan yang akan terus ditambang dengan metode tambang bawah tanah, maka harus ada laba (profit) yang diperoleh. Untuk mengetahui laba yang diperoleh dari tambang bawah tanah (Profit Underground Mining = PUG), maka dapat dinyatakan sebagai berikut :
PUG = RevM – CPUG
Dimana :
CMUG = Cost Production with Underground Mining (Biaya Produksi Tambang
Bawah Tanah), US$/ton.





G. RENCANA JADWAL KEGIATAN PENELITIAN

Waktu (minggu)
No Kegiatan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 Studi pustaka
2 Pengamatan
3 Pengambilan data
4 Pengolahan data
5 Analisa data
6 Pembuatan draft


J. RENCANA DAFTAR ISI

RINGKASAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
DAFTAR LAMPIRAN
DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG
Bab
I PENDAHULUAN
II TINJAUAN UMUM
2.1 Sejarah Singkat Perusahaan
2.2 Struktur Organisasi
2.3 Tenaga Kerja dan Jam Kerja
2.4 Lokasi dan Kesampaian Daerah
2.5 Morfologi dan Topografi
2.6 Struktur Geologi
2.7 Stratigrafi Daerah Penelitian
2.8 Cadangan dan Kualitas Batubara
2.9 Produksi Batubara

III DASAR TEORI
3.1 Endapan Batubara (Coal Deposit)
3.2 Klasifikasi Sumberdaya dan Cadangan Batubara
3.3 Pemodelan Endapan Batubara
3.4 Perhitungan Cadangan
3.5. Tahapan Perhitungan Nisbah Pengupasan

IV DATA DAN ANALISA DATA
4.1 Data
4.2 Analisa Data

V PEMBAHASAN
5.1 Nisbah Kupas (Stripping Ratio)Daerah Penelitian.
5.2 Nisbah Kupas Pulang Pokok (Break Even Strippig Ratio)
5.3 Nisbah Kupas Ekonomi (Economic Stripping Ratio)
5.4 Pengaruh Harga Jual Batubara Terhadap BESR dan SREC
5.5 Kesesuaian SREC Terhadap Harga Batubara Terendah

VI KESIMPULAN DAN SARAN
DAFTAR PUSTAKA

H. RENCANA DAFTAR PUSTAKA
1. Bukin Daulay, Dr.,MSc., Geologi dan Eksplorasi Batubara, Puslitbang Teknologi Mineral dan Batubara, Bandung, 2001.

2. Chairul Nas, Estimasi Cadangan Mineral, Pusat Pengembangan Tenaga Pertambangan, Bandung, 1994.


3. Eko Budiyanto, M.Si., Pemetaan Kontur dan Pemodelan Spasial 3 Dimensi Menggunakan Surfer, Penerbit Andi Yogyakarta, Yogyakarta, 2005.

4. Eugene P.Pfleider, “Surface Mining”, First Edition, The American Institute of Mining, Metallurgical and Petroleum Engineers, Inc., New York, 1968.


5. Hustrullid William, Kuchta Mark, “Open Pit Mine Planning and Design”, VolumeI – Fundamentals, A.A.BALKEMA, ROTTERDAM, 1955.

6. Rudy Asaf Ayub Pesiwarissa, Ir.,Tambang Permukaan, Batas Ekonomiknya dan Kesinambungan Ke Tambang Bawah Tanah, Persatuan Ahli Pertambangan Indonesia, Jakarta, 2006.

Jumat, 09 Oktober 2009

PROSES GASIFIKASI BATUBARA

3.1. Fungsi Gasifikasi
Gasifikasi adalah suatu teknologi proses yang mengubah batubara dari bahan bakar padat menjadi bahan bakar gas. Berbeda dengan pembakaran batubara, gasifikasi adalah proses pemecahan rantai karbon batubara ke bentuk unsur atau senyawa kimia lain. Secara sederhana, batubara dimasukkan ke dalam reaktor dan sedikit dibakar hingga menghasilkan panas. Sejumlah udara atau oksigen dipompakan dan pembakaran dikontrol dengan uap agar sebagian besar batubara terpanaskan hingga molekul-molekul karbon pada batubara terpecah dan dirubah menjadi ”coal gas”. Coal Gas merupakan campuran gas-gas hidrogen, karbon monoksida, nitrogen serta unsur gas lainnya. Gasifikasi batubara merupakan teknologi terbaik serta paling bersih dalam mengkonversi batubara menjadi gas-gas yang dapat dimanfaatkan sebagai energi listrik.

Teknologi IGCC (Integrated Gasification Combined Cycle) merupakan salah satu teknologi batubara bersih yang sekarang di kembangkan. Istilah IGCC ini merupakan istilah yang paling banyak digunakan untuk menyatakan daur kombinasi gasifikasi batubara terintegrasi. Meskipun demikian masih ada beberapa istilah yang digunakan yaitu ICGCC (Integrated Coal Gasification Combined Cycle) dan CGCC (Coal Gasification Combined Cycle) yang sama artinya. Dalam makalah ini untuk selanjutnya akan digunakan istilah IGCC. Komponen utama dalam riset IGCC adalah pengembangan teknik gasifikasi batubara.

Proses gasifikasi ini melalui beberapa proses kimia dalam reaktor gasifikasi (gasifier). Mula-mula batubara yang sudah diproses secara fisis yaitu batubara yang telah dihancurkan dalam ukuran + 20 mm – 100 mm diumpankan ke dalam reaktor dan akan mengalami proses pembakaran yang dikontrol oleh steam dan angin sehingga tidak terbentuk api tetapi bara. Kecuali bahan pengotor, batubara bersama-sama dengan oksigen dikonversikan menjadi hidrogen, karbon monoksida, methana, CO2, H2, N2.
IGCC merupakan perpaduan teknologi gasifikasi batubara dan proses pembangkitan uap. Gas hasil gasifikasi batubara mengalami proses pembersihan sulfur dan nitrogen. Sulfur yang masih dalam bentuk H2S dan nitrogen dalam bentuk NH3 lebih mudah dibersihkan sebelum dibakar dari pada sudah dalam bentuk oksida dalam gas buang. Kemudian gas yang sudah bersih ini dibakar di ruang bakar dan kemudian gas hasil pembakaran disalurkan ke dalam turbin gas untuk menggerakkan generator. Gas buang dari turbin gas dimanfaatkan dengan menggunakan HRSG (Heat Recovery Steam Generator) untuk membangkitkan uap. Uap dari HRSG (setelah turbin gas) digunakan untuk menggerakkan turbin uap yang akan menggerakkan generator.
Teknologi IGCC ini mempunyai kelebihan yaitu dalam hal bahan bakar : tidak ada pembatas untuk tipe, ukuran dan kandungan abu dari batubara yang digunakan. Dalam hal lingkungan : emisi SO2, NOX, CO2 serta debu dapat dikurangi tanpa penambahan peralatan tambahan seperti de-SOX dan de-NOX dan juga limbah cair serta luas tanah yang dibutuhkan juga berkurang. Disamping itu pembangkit listrik IGCC mempunyai produk sampingan yang merupakan komoditi yang mempunyai nilai jual seperti : sulfur, tar (light oil).
Efisiensi pembangkit listrik dengan menggunakan teknologi IGCC ini berkisar antara 38 - 45 % dan yang lebih tinggi 5 - 10 % dibandingkan PLTU batubara konvensional. Hal ini dimungkinkan dengan adanya proses gasifikasi sehingga energi yang terkandung dalam batubara dapat digunakan secara efektif dan digunakannya HRSG untuk membentuk suatu daur kombinasi antara turbin gas dan turbin uap.
Penggunaan IGCC sangat menguntungkan karena pada pembangkit konvensional memerlukan sistem scrubbing gas yang besar untuk membersihkan sulphur pada gas buang. Sebagian besar proses gasifikasi memerlukan batubara relatif kering yaitu kurang dari 15% kelembaban. Jika kelembaban tinggi, efisiensi akan rendah. Sehingga perlu untuk mengeringkan batubara dan mengumpankan kedalam gasifikator dalam butiran dengan ukuran + 20 mm – 100 mm.
Coal gasifier tidak mengeluarkan polutan hingga ramah lingkungan. Instalasi peralatan tidak membutuhkan ruang yang luas, penggunaan air sebagai pendingin terbatas, dan biaya operasional dalam jangka panjang akan rendah. Coal gasifier sangat cocok untuk industri / pabrik skala menengah hingga besar yang memiliki ruang terbatas serta dekat dengan pemukiman.

Kecuali menghasilkan coal gas, mineral pada batubara yang tidak terbakar akan tertampung dibagian bawah reaktor sebagai slag serta material padatan lainnya yang dapat dimanfaatkan untuk bahan bangunan. Hanya sebagian kecil fraksi mineral yang ikut terbakar dan membentuk debu yang akan dipisahkan dengan dust cyclone. Sulfur pada batubara yang terkonversi menjadi H2S akan diekstrak menjadi belerang murni yang bernilai jual tinggi. Tar yang merupakan by-product dari pemutusan rantai karbon akan dipisahkan menggunakan electric tar separator dan dapat dimanfaatkan sebagai minyak bakar.

Gasifikasi umumnya terdiri dari empat proses, yaitu pengeringan, pirolisis, oksidasi, dan reduksi. Pada proses gasifikasi ada suatu proses juga yang tidak kalah pentingnya adalah proses desulfurisasi yang mana sebagai penghilang hidrogen sulfurisasi yang merupakan gas beracun. Pada gasifier jenis tipe gasifikasi unggun tetap (fixed bed gasification), kontak yang terjadi saat pencampuran antara gas dan padatan sangat kuat sehingga perbedaan zona pengeringan, pirolisis, oksidasi, dan reduksi tidak dapat dibedakan. Salah satu cara untuk mengetahui proses yang berlangsung pada gasifier jenis ini adalah dengan mengetahui rentang temperatur masing-masing proses, yaitu:
• Pengeringan: T > 150 °C
• Pirolisis/Devolatilisasi: 150 < T < 550 °C
• Oksidasi: 70 < T < 550 °C
• Reduksi: 50 < T < 120 °C

Proses pengeringan, pirolisis, dan reduksi bersifat menyerap panas (endotermik), sedangkan proses oksidasi bersifat melepas panas (eksotermik). Pada pengeringan, kandungan air pada bahan bakar padat diuapkan oleh panas yang diserap dari proses oksidasi. Pada pirolisis, pemisahan volatile matters (uap air, cairan organik, dan gas yang tidak terkondensasi) dari arang atau padatan karbon bahan bakar juga menggunakan panas yang diserap dari proses oksidasi. Pembakaran mengoksidasi kandungan karbon dan hidrogen yang terdapat pada bahan bakar dengan reaksi eksotermik, sedangkan gasifikasi mereduksi hasil pembakaran menjadi gas bakar dengan reaksi endotermik. Penjelasan lebih lanjut mengenai proses-proses tersebut disampaikan pada uraian berikut ini.


5.1. Proses Gasifikasi
5.1. 1. Pirolisis.
Pirolisis atau devolatilisasi disebut juga sebagai gasifikasi parsial. Suatu rangkaian proses fisik dan kimia terjadi selama proses pirolisis yang dimulai secara lambat pada T < 100 °C dan terjadi secara cepat pada T > 200 °C. Komposisi produk yang tersusun merupakan fungsi temperatur, tekanan, dan komposisi gas selama pirolisis berlangsung. Proses pirolisis dimulai pada temperatur sekitar 230 °C, ketika komponen yang tidak stabil secara termal, seperti volatile matters pada batubara, pecah dan menguap bersamaan dengan komponen lainnya. Produk cair yang menguap mengandung tar dan PAH (polyaromatic hydrocarbon). Produk pirolisis umumnya terdiri dari tiga jenis, yaitu gas ringan (H2, CO, CO2, H2O, dan CH4), tar, dan arang. Secara umum reaksi yang terjadi pada pirolisis beserta produknya adalah:

5.1.2. Oksidasi
Oksidasi atau pembakaran arang merupakan reaksi terpenting yang terjadi di dalam gasifier. Proses ini menyediakan seluruh energi panas yang dibutuhkan pada reaksi endotermik. Oksigen yang dipasok ke dalam gasifier bereaksi dengan substansi yang mudah terbakar. Hasil reaksi tersebut adalah CO2 dan H2O yang secara berurutan direduksi ketika kontak dengan arang yang diproduksi pada pirolisis. Reaksi yang terjadi pada proses pembakaran adalah:

C + O2 CO2 + 393.77 kJ/mol karbon

Reaksi pembakaran lain yang berlangsung adalah oksidasi hidrogen yang terkandung dalam bahan bakar. Reaksi yang terjadi adalah:

H2 + ½ O2 H2O + 742 kJ/mol H2

5.1.3. Reduksi (Gasifikasi)
Reduksi atau gasifikasi melibatkan suatu rangkaian reaksi endotermik yang disokong oleh panas yang diproduksi dari reaksi pembakaran. Produk yang dihasilkan pada proses ini adalah gas bakar, seperti H2, CO, dan CH4. Reaksi berikut ini merupakan empat reaksi yang umum telibat pada gasifikasi.
• Water-gas reaction
Water-gas reaction merupakan reaksi oksidasi parsial karbon oleh steam yang dapat berasal dari bahan bakar padat itu sendiri (hasil pirolisis) maupun dari sumber yang berbeda, seperti uap air yang dicampur dengan udara dan uap yang diproduksi dari penguapan air. Reaksi yang terjadi pada water-gas reaction adalah:

C + H2O H2 + CO – 131.38 kJ/kg mol karbon

Pada beberapa gasifier, steam dipasok sebagai medium penggasifikasi dengan atau tanpa udara/oksigen.

• Boudouard reaction
Boudouard reaction merupakan reaksi antara karbondioksida yang terdapat di dalam gasifier dengan arang untuk menghasilkan CO. Reaksi yang terjadi pada Boudouard reaction adalah:

CO2 + C 2CO – 172.58 kJ/mol karbon

• Shift conversion
Shift conversion merupakan reaksi reduksi karbonmonoksida oleh steam untuk memproduksi hidrogen. Reaksi ini dikenal sebagai water-gas shift yang menghasilkan peningkatan perbandingan hidrogen terhadap karbonmonoksida pada gas produser. Reaksi ini digunakan pada pembuatan gas CO. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:

CO + H2O CO2 + H2 – 41.98 kJ/mol

• Methanation
Methanation merupakan reaksi pembentukan gas metan. Reaksi yang terjadi pada methanation adalah:

C + 2H2 CH4 + 74.90 kJ/mol karbon

Pembentukan metan dipilih terutama ketika produk gasifikasi akan digunakan sebagai bahan baku indsutri kimia. Reaksi ini juga dipilih pada aplikasi IGCC (Integrated Gasification Combined-Cycle) yang mengacu pada nilai kalor metan yang tinggi.

5.2.Proses Desulfurisasi

5.2.1. Signifikansi Desulfurisasi
Sulfur dalam gasifikator terdiri dari abio-sulfur dan sulfur organik, dimana hidrogen sulfurisasi (H2S) merupakan bagian yang dominan. Desulfurisasi gas batubara adalah untuk menghilangkan hidrogen sulfurisasi yang merupakan gas beracun. Gas batubara mengandung gas caustic seperti H2S, CO2 yang cenderung mengikis dan merusak peralatan bersama-sama dengan air (H2O) dan menyebabkan kebocoran gas batubara, menimbulkan pencemaran di atmosfir atau bahkan menimbulkan ledakan yang merusak lingkungan dan melukai pekerja. Karena itu, desulfurisasi sangat penting artinya.

5.2.2. Deskripsi Proses Desulfurisasi
Gas batubara mengandung H2S masuk ke menara desulfurisasi melalui dasar dan di dalam lapisan paking bereaksi dengan cairan tandus desulfurisasi yang disemprotkan dari puncak menara, yang menyerap H2S. Gas hasil pemurnian dilepaskan dari puncak menara dan membuang air melalui alat penangkap tetesan, dan kemudian dikirim ke perbengkelan untuk digunakan. Cairan yang disemprotkan dari puncak yang menyerap hidrogen sulfurisasi mengalir ke dalam saluran air yang kaya cairan melalui pompa regeneratif untuk memisahkan sulfur dan dikirim ke saluran air semburan dan reneneratif untuk bereaksi dengan udara. Setelah cairan teroksidasi dan mengalami regenerasi, cairan mengalir ke dalam saluran air dengan cairan gundul melalui alat pengatur posisi cairan dan digerakkan ke menara desulfurisasi melalui pompa desulfurisasi, yang melanjutkan proses desulfurisasi. Dalam waktu yang bersamaan, busa sulfur yang dihasilkan pada saluran air semburan dan regenatif disaring dan cream sulfur dihasilkan.

5.2.3. Prinsip Reaksi Pada Proses Desulfurisasi
Bahan gas berkontak dengan counter cairan desulfurisasi, H2S bereaksi dengan cairan Na2CO3 dan terserap.


H2S + Na2CO3 = NaHS + NaHCO3


Dalam saluran air reaksi, HS teroksidasi menjadi substansi sulfur sederhana oleh ion logam berharga tinggi.


NaHS + NaHCO3 + 2 NaVO3 = S + Na2v2o3 + H2O


Dalam saat itu, ion logam berharga rendah yang dihasilkan segera dioksidasi substansi quinone menjadi ion logam berharga tinggi.


Na2V2O3 + Q Na2CO3 + H2O 2NaVO3 + HQ


Pada saluran air pancar dan regeneratif, substansi phenol teroksidasi menjadi substansi oleh udara.


2HQ + I / 2O2 = 2Q + H2O


Proses reaksi terus berlangsung, dan karenanya gas terdesulfurisasi dan termurnikan.


(Bahan Seminar RIKI R.V TAMBARIKI)

FENOMENA DANAU TOBA

FENOMENA DANAU TOBA


toba super volcano
toba super volcano - toba map

TEMPO Interaktif, London:

Sekelompok peneliti internasional menyatakan, manusia India yang hidup pada saat letusan gunung api Toba-yang kini menjadi bagian dari Provinsi Sumatera Utara-74.000 tahun lalu, relatif masih bisa bertahan hidup. "Meski mengalami masa-masa yang sulit," kata antropolog Michael Petraglia dari Universitas Cambridge Inggris, kepada Tempo melalui surat elektronik pada Senin pekan lalu.

Petraglia adalah pemimpin penelitian yang dilakukan di Lembah Jwalapuram, Distrik Kurnool, India, itu. Petraglia dan timnya menemukan ratusan artefak berupa alat-alat batu serpih yang sama tipenya dari atas dan bawah lapisan debu vulkanik Gunung Api Toba.

"Artefak kami temukan di bawah dan di atas lapisan debu, oleh sebab itu kami menyimpulkan adanya keberlanjutan populasi di kawasan tersebut setelah letusan terjadi" ujar Petraglia.

Letusan Gunung Api Toba yang wujudnya hanya bisa direka-reka dari kawasan Danau Toba kini, adalah letusan mahadahsyat dan tiada bandingnya. Sejarah mencatat, itulah letusan terbesar di dunia selama dua juta tahun terakhir.

Gunung itu melontarkan sekitar 3.000 kilometer kubik material perut bumi, termasuk gas vulkanis dan asam sulfur ke langit. Gas dan asam sulfur menyelubungi lapisan stratosfer di atmosfer bumi selama 6 tahunan.

Adapun material gunung terlempar sampai ke kawasan Greenland di utara bumi. Di India, di mana Petraglia dan timnya meneliti, tebal lapisan debu vulkanisnya mencapai 15 sentimeter.

Selubung material dan gas dari gunung itu membuat temperatur muka bumi menurun antara 3 sampai 5 derajat celsius. Dunia pun mengalami musim dingin vulkanik yang sama seperti zaman es. "Itu adalah masa-masa yang sangat berat dan menantang," kata Will Harcourt-Smith, palentolog dari Museum Sejarah Alam Amerika di New York.

Di tengah masa sulit itulah manusia India pada saat yang sama, menurut Petraglia, bisa bertahan hidup. Padahal, teori yang didasarkan penelitian DNA dan genetik, menyatakan bahwa populasi manusia di bumi nyaris tersapu bersih akibat letusan tersebut.

Sebuah teori dari Stanley H. Ambrose dari Universitas Illinois di Urbana-Champaign Amerika Serikat, menyatakan bahwa populasi manusia yang hidup saat ini berasal dari antara 1.000 sampai 10.000 jiwa manusia yang bertahan hidup dari letusan gunung Toba itu.

Menurut Petraglia, artefak-artefak yang mereka temukan dari lapisan bawah debu vulkanis, memiliki kesamaan tipe dengan artefak di lapisan atasnya. "Semuanya diidentifikasi dari masa Paleolitik Tengah, antara tahun 150.000 sampai 38.000 Sebelum Masehi," katanya.

Tapi Ambrose meminta Petraglia dan timnya tak buru-buru menarik kesimpulan sebelum menemukan bukti lebih lanjut. "Satu-satunya cara untuk membuktikan adalah menemukan kerangka manusia di bawah lapisan debu yang sama dengan manusia Afrika," katanya.

Petraglia setuju bahwa penemuan kerangka akan memberikan bukti yang lebih kuat, tapi dia tetap kukuh pada pendiriannya. "Ada ribuan artefak lagi yang tidak kami presentasikan di jurnal yang mendukung klaim kami," katanya.

Artefak-artefak yang ditemukan Petraglia mengindikasikan kesamaan morfologi dengan alat-alat batu yang dibuat manusia modern di Afrika bagian selatan.

Petraglia dan timnya pun menduga bahwa manusia yang hidup di India itu sama modernnya dengan manusia Afrika. Manusia India itu berasal dari Afrika yang bermigrasi dan tiba di kawasan tersebut sebelum letusan Toba menyelimuti kawasan itu dengan debu.

Tapi dugaan ini ditentang Will Harcourt-Smith, palentolog dari Museum Sejarah Alam Amerika di New York. Menurutnya, manusia modern Afrika yang hidup pada masa yang sama dengan letusan Gunung Toba, sudah hidup dengan simbolisme, perilaku pembuatan alat yang kompleks, demikian pula kehidupan sosialnya. "Memang perilaku mereka tak seperti manusia sekarang, tapi mereka sudah tergolong manusia modern," kata dia.

Chris Clarkson, arkeolog dari Universitas Queensland, Australia, yang terlibat dalam tim Petraglia mengatakan, dugaan mereka didukung temuan sejumlah besar oker di bawah lapisan debu, bersamaan dengan alat batu. Oker adalah zat warna terbuat dari tanah, yang digunakan oleh manusia awal untuk seni, simbol, atau mengelem alat batu dengan pegangan kayunya.

"Semua ini potensial sebagai penanda akan perilaku yang lebih komplek daripada yang sebelumnya dicantelkan kepada spesies hominid awal yang sudah punah," kata Clarkson.

"Penggalian lebih lanjut akan membantu kita menyimpulkan apakah alat-alat itu milik manusia modern atau tidak."

Adapun Petraglia mengatakan bahwa penemuan mereka pun mengklarifikasi hipotesis persebaran bagian selatan. Teori itu menyatakan bahwa manusia Aborigin Australia sekarang bermigrasi dari Afrika melalui Samudera Hindia.

Lantaran kaum aborigin Australia tiba di benua itu pada 45.000 sampai 60.000 tahun lalu, "Kami pikir mereka mestinya berangkat dari Afrika ke semenanjung Arab, subkontinen India lalu ke Asia Tenggara," ujarnya.

Petraglia menyatakan kesimpulan mereka memang dapat saja diperdebatkan dan sah-sah saja. "Ada saja orang yang mempertahankan teori mereka sendiri dan tak menyukai kesimpulan kami, tapi ada pula yang setuju," katanya.

Kalo sering liat National Geographic channel (Metro TV), Toba sering ditayangkan. Danau Toba yg ada sekarang ini dikarenakan ledakan besar jaman dulu, para ilmuwan bahkan mengatakan ituadalah ledakan volcano terbesar dalam sejarah hingga bumi menjadi dingin dan beku. Awalnya para peneliti mengambil sample di kutub, dan ditemukan abu volcano yg belum pernah ditemukan, para peneliti kemudian mengambil sample abu volcano dr gunung2 di dunia sampai hampir putus asa karena ngga ada yg cocok.
Kebetulan ada peneliti lain yg meneliti danau toba, mengambil sample lereng2 terjal di danau toba, setelah dikirim ternyata structure abu volcano sama dengan yang ad di kutub. Jadi waktu meletus abu terbang menutupi sebagian besar bumi hingga sampai ke ktub. Jika letusan serupa terjadi lagi, 40-50% populasi dunia MATI!!!! Karena bumi beku jadi es. Kenapa para peneliti memilih sample sedimen dikutub? Karena semua material seperti di awetkan, dan nggak rusak walau sudah jutaan tahun.

Minggu, 04 Oktober 2009

Gempa Padang

Gempa Padang Picu Patahan Sumatera

TEMPO Interaktif, BANDUNG - Gempa kemarin dan hari ini di bagian barat Pulau Sumatera memiliki hubungan walau penyebabnya berbeda. Gempa yang menghancurkan kota Padang dan Pariaman kemarin memicu gempa di daerah Jambi-Bengkulu dan kepulauan Mentawai hari ini. ”Bukan gempa susulan,” kata Prof. Dr. Sri Widiantoro, pakar seismologi Insititut Teknologi Bandung di ruangannya hari ini.

Menurut dia, gempa susulan hanya terjadi pada sistem lempengan yang sama. Penyebab gempa di Samudera Hindia pada kedalaman 70-110 kilometer kemarin, disebabkan oleh tumbukan dua lempeng Indo Australia dari sebelah kiri dan Eurasia di sebelah kanan Sumatera. ”Tumbukan intraplate itu pecah di dalam sehingga menimbulkan gempa,” katanya.

Akibatnya, daerah guncangan gempa berskala 6-7 skala richter itu meluas hingga 150 kilometer. ”Padang dan Pariaman jadi parah,” katanya.

Sedangkan gempa hari ini di Jambi-Bengkulu akibat gerakan patahan Sumatera. Patahan itu, ujar Sri, memang spesial lantaran daerah tumbukannya landai. Tidak seperti di Pulau Jawa yang lebih menghunjam ke dalam. ”Kalau landai gesekannya menjadi lebih kuat,” katanya.

Potensi gempa di patahan Sumatera itu bisa mencapai lebih dari 8 skala richter, namun tidak selalu sekuat itu. Patahan tersebut memanjang 1000 kilometer lebih di sisi barat Sumatera dari Aceh hingga berujung di lautan Ujung Kulon. Dua lempeng Patahan itu menggerakkan tanah dengan cara menggeser ke utara dan selatan.

Berdasarkan data yang tercatat di situs Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika, gempa di Jambi-Bengkulu yang terjadi pukul 08.52 WIB hari ini berkekuatan 7 skala richter. Pusat gempa terletak di 46 kilometer sebelah tenggara Sungai Penuh Jambi, 54 kilometer timur laut Mukomuko Bengkulu, 86 kilometer barat daya Bangko Jambi, 101 km barat laut Muara Anam Bengkulu dan 121 kilometer barat data Muarabungo Jambi dengan kedalaman 10 kilometer.

Terpicunya gempa di patahan Sumatera oleh gempa Padang, katanya, karena lokasinya cukup dekat. ”Dan secara geologi sangat masuk akal,” ujarnya. Soal selang waktu kejadian yang hanya sehari, Sri mengaku tidak mengetahuinya karena rahasia alam itu belum bisa diungkap peneliti gempa.

ANWAR SISWADI

TSUNAMI

TSUNAMI

Di penghujung tahun 2004, musibah demi musibah menimpa bangsa Indonesia. Mulai dari banjir, longsor, kecelakaan pesawat dan yang terakhir adalah gempa yang disertai gelombang tsunami yang menimpa saudara-saudara dan teman-teman kita di Aceh dan Sumatera Utara serta dibeberapa negara lainnya. Apa yang dapat kita lakukan untuk mereka? Yang pasti, mereka saat ini sangat membutuhkan bantuan, seperti makanan, obat-obatan, uang dan masih banyak lagi, selain itu yang sudah seharusnya kita lakukan adalah berdo'a, agar saudara-saudara dan teman-teman kita di Aceh dan Sumatera Utara bisa menerima ujian dan musibah ini dengan sabar. Hal lain yang harus kita lakukan adalah memantau bantuan yang telah diberikan sampai pada mereka yang membutuhkan, jangan sampai disalah gunakan oleh orang-orang yang mencari kebahagiaan (harta) di atas penderitaan orang lain.

Dalam sebuah lagunya, Koes Plus menggambarkan Indonesia sebagai tanah surga dengan segala keindahan, kesuburan tanah dan kekayaan lautnya. Tapi hal tersebut seakan tidak layak lagi disandang. Karunia Tuhan berupa musim yang banyak diinginkan oleh bangsa-bangsa di dunia sebagai negara tropis yang hanya mempunyai dua musim, yaitu musim hujan dan musim kemarau,tampaknya tak disyukuri oleh bangsa ini. Pantaslah kalau kemudian Tuhan menguji umat manusia. Bukankah bangsa-bangsa di belahan bumi lain harus kedinginan ketika salju turun, dan kepanasan ketika summer tiba. Di tanah nusantara ini, kita tak perlu kedinginan di musim salju dan tidak terlalu kepanasan di musim panas.

Tapi dua musim yang mestinya mendatangkan kenyamanan dan kemakmuran ternyata mendatangkan bencana yang silih berganti. Di musim panas hutan-hutan kita terbakar, asapnya bahkan membuat sesak negara-negara tetangga seperti Malaysia dan Singapura. Di musim hujan seperti yang terjadi dalam minggu-minggu ini, musibah bankir merenggut harta benda dan nyawa. Musibah banjir di beberapa daerah di tanah air, seakan tak bisa dicegah. Selain musibah tersebut, ada satu musibah yang sudah sering terjadi sejak dahulu. Musibah tersebut disebut dengan "tsunami". Dahsyatnya gelombang tsunami yang terjadi di belahan dunia ini, terutama di Aceh dan wilayah lainnya bisa kita saksikan dimedia elektronik maupun dimedia cetak.

Apakah Tsunami Itu ?

Kata "Tsunami" merupakan istilah dari bahasa Jepang yang menyatakan suatu gelombang laut akibat adanya pergerakan atau pergeseran di bumi di dasar laut. Gempa ini diikuti oleh perubahan permukaan laut yang mengakibatkan timbulnya penjalaran gelombang air laut secara serentak tersebar ke seluruh penjuru mata angin. Sedangkan pengertian gempa adalah pergeseran lapisan tanah dibawah permukaan bumi. Ketika terjadi pergeseran tersebut timbul getaran yang disebut gelombang seismik dari pusat gempa menjalar ke segala penjuru.

Tinggi gelombang Tsunami disumbernya kurang dari 1 meter. Tapi pada saat menghempas ke pantai tinggi gelombang ini bisa lebih dari 5 meter. Tsunami yang terjadi di Indonesia berkisar antara 1,5 - 4,5 skala Imamura, dengan tinggi gelombang Tsunami maksimum yang mencapai pantai berkisar antara 4-24 meter dan jangkauan gelombang ke daratan berkisar antara 50 sampai 200 meter dari garis pantai.

Arti dari "TSUNAMI"

Para ilmuwan umumnya mengartikan tsunami dengan "gelombang pasang" (tidal wave) atau dikenal juga dengan sebutan "seismic sea waves" (gelombang laut karena gempa). Kedua sebutan tersebut benar, akan tetapi jika dilihat dari asal bahasanya, bahasa Jepang, "tsunami" mempunyai dua suku kata, "tsu", artinya "pelabuhan" (harbor), "nami" berarti "gelombang".

Apa saja yang menyebabkan gelombang tsunami

Gempa merupakan salah satu penyebab utama terjadinya gelombang tsunami. Gempa ini biasanya terjadi karena adanya pergeseran lempeng yang terdapat di dasar laut. Gempa tersebut disebut juga dengan gempa bumi. Selain itu, penyebab lainnya adalah meletusnya gunung berapi yang menyebabkan pergerakan air di laut/perairan sekitarnya menjadi sangat tinggi.

Peristiwa tsunami di Indonesia dan daerah lainnya

Sejak 1990 di Indonesia sedikitnya terjadi 15 kali gelombang Tsunami. Pada 19 Agustus 1997 terjadi di Sumba dengan korban 189 orang, 12 Desember 1992 di Flores dengan korban 2.100 orang dan 1994 di Banyuwangi dengan korban 209 orang, sepanjang sejarah gempa Tsunami terbesar adalah pada tahun 1883 yang ditimbulkan meletusnya Gunung Krakatau dengan korban jiwa 36.000 orang meninggal.

Di antara gelombang tsunami yang pernah tercatat selain di Indonesia adalah:

  1. 26 Desember 2004, gempa bumi paling kuat dalam masa 40 tahun telah menimbulkan gelombang besar yang bergulir ribuan kilometer dan menghempas ke kawasan pantai sekurang-kurangnya lima negara Asia, yang menewaskan sekurang-kurangnya 3.700 jiwa dan menimbulkan kesengsaraan bagi jutaan warga lainnya.
  2. 17 Juli 1998, gempa bumi di lepas pantai menyebabkan gelombang besar yang menghantam kawasan utara pantai Papua Nugini, menewaskan kira-kira 2.000 orang dan menyebabkan ribuan warga lainnya kehilangan tempat tinggal.
  3. 16 Agustus 1976, tsunami membunuh lebih dari 5.000 orang di Teluk Moro , Filipina.
  4. 28 Maret 1964, gempa bumi pada Hari Paskah di Alaska menyebabkan tsunami di sebagian besar pantai Alaska dan menghancurkan sejumlah tiga. Gelombang itu menewaskan 107 orang di Alaska, empat di Oregon dan 11 di California ketika gelombang tsunami itu bergulung di Pantai Barat AS.
  5. 22 Mei 1960, gelombang besar dilaporkan setinggi 11 meter menewaskan 1.000 orang di China dan menyebabkan kerusakan besar di Hawaii, di mana 61 orang tewas di Filipina, Okinawa dan Jepang ketika gelombang itu bergulung menyeberangi Pasifik.
  6. 1 April 1946, gempa bumi di Alaska menimbulkan tsunami yang menghancurkan North Cape Lighthouse, menewaskan lima orang. Beberapa jam kemudian gelombang tsunami berikutnya melanda Hilo, Hawaii, yang menewaskan 159 orang dan mengakibatkan kerusakan jutaan dolar AS.
  7. 31 Januari 1906, satu gempa bumi kuat terjadi di lepas pantai yang menenggelamkan sebagian Tumaco, Kolombia, dan menyapu setiap rumah yang ada di pantai antara Rioverde, Ekuador, dan Micay, Kolombia. Angka kematian diperkirakan kira-kira 500 sampai 1.500.
  8. 17 Desember 1896, tsunami menyapu bagian pantai dan boulevard utama di Santa Barbara, California, AS.
  9. 15 Juni 1896, tsunami Sanriku menghantam Jepang tanpa peringatan. Gelombang diperkirakan setinggi lebih 23 meter (70 kaki) menggulung kerumunan masyarakat yang berkumpul untuk merayakan suatu festival keagamaan, yang menewaskan lebih dari 26.000 orang.
  10. 27 Agustus 1883, ledakan gunung berapi Krakatau menimbulkan gelombang tsunami besar yang menyapu kawasan pantai di ujung pulau Jawa dan Sumatera, yang menewaskan kira-kira 36.000 orang.
  11. 1 November 1775, gempa bumi besar Lisbon menimbulkan gelombang tsunami setinggi 6 meter (sekitar 20 kaki) melanda pantai Portugal, Spanyol dan Moroko